Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pelopor pendidikan bagi pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Beliau merupakan pendiri Taman Siswa. Taman Siswa adalah lembaga yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk menikmati dan memperoleh pendidikan. Sedangkan pada saat itu hanyalah para priyayi dan orang- orang Belanda saja yang dapat menikmati dan memperoleh pendidikan.
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1880. Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau menyelesaikan sekolahnya di ELS dan pernah belajar di STOVIA namun tidak sampai selesai karena sakit. Kemudian beliau aktif menjadi seorang wartawan di beberapa media massa ketika itu. Tulisannya yang komunikatif, tajam dan patriotik dapat membangkitkan semangat kesatuan dan anti-kolonial bagi para pembacanya.
Pada tahun 1908, Ki Hajar Dewantara bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo, mendirikan Indishe Partij yang merupakan partai yang beraliran nasionalisme pertama di Indonesia yang bertujuan memerdekakan Indonesia. Namun Belanda tidak memberikan status badan hukum kepada partai tersebut, dengan alasan bersifat provokatif yang akan menimbulkan semangat kesatuan rakyat Indonesia untuk “mengusir” Belanda dari Nusantara.
Meskipun tidak mendapat persetujuan dari Belanda, perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia terus berlanjut, dengan mendirikan Komite Bumi Poetera pada November tahun 1913. Komite tersebut merupakan komite tandingan dari komite yang dibentuk oleh Belanda dalam rangka merayakan seratus tahun kemerdekaan Belanda, yang mengharuskan setiap kawasan jajahan Belanda menyetorkan uang untuk penyelenggaraan perayaan kemerdekaan tersebut.
Salah satu yang paling mendapat perhatian dari pergerakanya di Komite Boemi Poetra adalah tulisan yang berjudul “Als Ik Eens Nederlander Was” atau “Seandainya Aku Seorang Belanda”. Dalam tulisannya beliau menyampaikan kritiknya terhadap sikap Belanda dalam memeras inlander untuk mengadakan sebuah acara yang tidak ada sama sekali hubungannya dengan inlander tersebut.
Setelah pihak Belanda mengetahui tulisan tersebut, Belanda menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan kepada Ki Hajar Dewantara dengan pengasingan di pulau terpencil. Beliau memilih “dibuang” ke Belanda dibandingkan ke pulau terpencil di Indonesia. Sehingga pada tahun 1913 beliau diasingkan ke Belanda bersama teman-teman seperjuangannya yang lain.
Ki Hajar Dewantara tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk dapat mempelajari mengenai pengajaran dan pendidikan di Belanda. Bahkan beliau pun mendapatkan gelar Europeesche Acte yang merupakan sebuah ijazah yang sangat bergengsi ketika itu.
Akhirnya pada tahun 1918 beliau dan teman seperjuangannya kembali pulang ke Indonesia dan memusatkan perjuangan beliau dalam memerdekakan Indonesia melalui jalur pendidikan. Kemudian mereka mendirikan Onderwijs Istitut Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1992.
Dengan adanya Perguruan Nasional Taman Siswa ini rakyat Indonesia ketika itu dapat merasakan pengajaran dan pendidikan tanpa memandang status sebagai rakyat biasa ataupun seorang priyayi. Karena semua golongan dapat bersekolah di sini, terutama rakyat jelata. Perguruan Nasional Taman Siswa juga memiliki semboyan, Ing ngarso sun tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani, yang menjadi semboyan pendidikan di Indonesia saat ini.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, beliau diangkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pertama Indonesia, dibawah Presiden Soekarno. Kemudian beliau juga sempat mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Dua tahun setelah beliau mendapatkan gelar kehormatan tersebut, beliau menghebuskan nafas terakhirnya, tepatnya pada tanggal 26 April 1959 dan di makamkan di Taman Wijaya Brata, Yogyakarta.
Berkat perjuangannya dalam upaya memerdekakan Indonesia, beliau ditetapkan sebagai pahlawan nasional, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959, pada tanggal 28 November 1959. Selain itu, hari kelahirannya dijadikan sebagai hari Pendidikan Nasional, sebagai penghormatan dan penghargaan atas jasa beliau dalam dunia pendidkan di Indonesia.
No comments:
Post a Comment